Minggu, 13 Juli 2014

" JAMBORE NASIONAL FILM PENDEK 2014 "

Ini adalah pengalaman pertama kali saya mengikuti Jambore Nasional Film Pendek yg di selenggarakan oleh KEMENDIKBUD.
Awalnya saya ragu karena dari awal saya berfikir mengikuti Jambore Film Pendek Seperti di LDK/Di Lantik, ternyata tidak.. :)
Hahahaaa... baru pertama kali kawand saya naik kereta dari bandung sampai solo.. dan itu menyenangkan,
4 hari saya di hotel rasanya gimana gt dah :D pas pembagian kelompok dan itu terpisah dengan kawand saya yg satu sekolah dan ini tantangan saya :) seruh sekali..


di sana mengikuti workshop dan menonton film bersama, saya ingat waktu pak tomy bilang jika kita ingin belajar membuat film maka harus menonton semua film mau jelek mau bagus mau panjang kita harus nonton itu film sampai selesai.. :) (menghargai karya orang).
di sana saya belajar seperti menjadi produser,sutradara,wadrobe,editing,audio dan itu di paparkan secara langsung,,
  tapi saya sedih orang yang saya HAREPIN nggak datang mungkin sibuk, padahal saya berharap titien wattimena datang, karena banyak yg ingin saya pertanyakan tentang sekenario. sangat di sayangkan sekali kawand :'(

tapiiii kesedihan saya hilang karena sayaa senang waktu di sangiran..
 huhuuuu... saya lebih suka kamping gitu :D kaya nguji ardelanin gitu dehh... dan disana saya lebih berasa dekat dangen kawand yg berbeda-beda provinsi,
disana juga saya membuat film pendek yg berjudul " KAMU " 

Alhamdulillah membuat filmnya berjalan dengan baik tidak ada perdebatan hahahaaa...

Gulali GULALIIIiiiii asik asiiiieeekk JOooosss :D

SISOSELO SANGIRAAaaaannn Uyeeeeeyyyy :D

hahahaaa.... ... 

dan tidak disangka.. tidaaakk di duga kelompok kita menang SKENARIO TERBAIK DOOoong we :P






 Salam komunitas film pelajar Indonesia kawand :)

HTML background code is limited, CSS background code is much better!

Rabu, 30 Januari 2013

SETITIK NODA, SEBANYAK NISTA



Sepuluh tahun sudah, aku Sulastri Sriwerdhani meninggalkan kota kelahiran dan tempat aku dibesarkan, Yogyakarta. Namun, entah kenapa hati kecilku merasakan sesuatu yang tak menentu, ketika aku menginjakkan kakiku kembali dirumah kedua orangtuaku. Tidak ada yang berubah dari kota kelahiranku tetap seperti yang dulu, tetap manjaga tradidi-tradisi dan adat istiadat, tetap melestarikan budaya-budaya bangsa, dan tetap disukai para wisatawan untuk berlibur atau sekedar berkunjung. Namun, ada masa laluku yang kelam dikota ini, aku ingin menguburnya hidup-hidup, tetapi semakin aku mencoba keras untuk melupakannya, semakin keras pula aku mengingat peristiwa kelam hidupku itu, meskipun sudah 10tahun telah kulewati sebagai TKW di Taiwan tidak berpengaruh sedikitpun untuk melunturkan ingatan kelamku itu. Yah, setiap manusia pasti mempunyai noda-noda didalam hidupnya. Akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri pekerjaanku sebagai TKW di Taiwan sampai disini.
Ketika aku sedang duduk terdiam diteras rumahku, terdengar suara inu memenggil-manggil namaku .
Ibu : “ ndo, Mau samapai kapan toh kamu begini terus, mau sampai kapan kamu terus menyembunyikan dirimu dari orang-orang, yang sudah yowis toh ndo, Ibu wis ikhlas akan semua ini “,
Aku : “ bu, lalu aku harus bagaimana toh bu ? aku malu bu, malu pada semua orang disini, malu sudah membuat muka warga sini terhina oleh ulahku oleh kesalahanku, aku nda tau bum au samapai kapan aku harus bersembunyi dari orang-orang “,
Ibu : “ ibu sedih ndo kalau inget-inget dulu, dulu ibu sama bapak yang salah, tapi yowis toh ndo, saiki kamu harus memikirkan masa depanmu, murmur sudah nda muda lagi toh wis 30tahun “,
Aku : “ yowis toh bu, aku capek, aku mau istirahat, nda usah ingat-ingat dulu lagi ( sambil berlalu dan menutup rapat kamar tidur ) “.
Dikamarpun, bukannya aku merasa lega dan segera terlelap tidur, tetapi malah semakin teringat masa lalu kelamku yang sekejap mampu memutuskan seluruh urat-urat syarafku yang terhenti saat itu juga. Sayup-sayup terbayang ingatan 12tahun silam, ketika aku duduk dibangku SMA kelas 3, kedua orangtuaku secara sepihak menjodohkanku dengan seorang pemuda berusia 25tahun keturunan ningrat didaerahku yang biasa disapa “ Den Bagus “, keluarga Den Bagus dan bapak kenal baik meskipun keluarga kami hanyalah keluarga sederhana karena bapakku adalah seorang tokoh masyarakat yang cukup disegani.  Den Bagus pertama kali melihatku dan terkesan denganku ketika aku memerankan tokoh Shinta sewaktu pertunjukkan sendratari Ramayana sekolahku diundang dikediamannya dalam acara besar keluarganya, sejak saat itulah Den Bagus mengutarakan niatnya untuk memperistriku setelah aku lulus SMA kepada keluarganya dan kemudian keluarganya memohonkan kepada keluargaku, keluargakupun dengan senang hati menerima perjodohan ini tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu, sebagai anak aku hanya bisa menuruti keinginan kedua orangtuaku, kalau mereka senang akupun ikut senang.
Pada awal-awal perkenalanku dengan Den Bagus begitu indah dirasa, meskipun aku belum menyukainya, tapi gadis mana yang tak senang jika disukai oleh pemuda tampan keturunan ningrat sepertinya yang berwajah tampan, berkulit kuning langsat, berperawakan tinggi besar, baik pula tutur katanya. Aku ingat kata-kata manisnya pada awal perkenalan kami.
Den Bagus : “ Lastriku yang cantik jelita kecantikanmu bagaikan dewi sinta yang tak akan termakan usia, tubuhmu bagaikan keelokan tubuh Roro Jonggrang yang terpahat indah dipatungnya, sungguh bahagia hatiki bisa memperistrimu kelak, kan kujaga engkau bagaikan aku menjaga ibuku, tak akan kubiarkan seekor lalatpun mengganggumu “.
Pada awal perkenalan kami, Den Bagus kerap kali mengajakku berkeliling Jl.Malioboro dengan menaiki andong tiap akhir pekan, diapun pandai mengambil hati kedua orangtuaku dengan memberikan segala kebutuhan rumah kami, tetapi itu semua hanya indah pada awalnya saja, Den Baguslah yang telah merampas kegadisanku secara paksa bahkan kerap kali aku dianiaya olehnya, pukulan demi pukulan kerap menderaku hingga sekujur badanku dipenuhi luka lebam yang sudah tak terhitung lagi , kepalaku dibentur-benturkannya bahkan hingga mencekik leherku dengan erat jika keinginannya tidak dipenuhi. Aku sudah ratusan kali menceritakan kekejaman De Bagus padaku, tetapi anehnya keluargaku tidak mempercayaiku malah lebih mempercayai Den Bagus busuk yang mereka bangga-banggakan itu. Entah aku tak tahu harus meminta tolong kepada siapa, bahkan kedua orangtuakupun tidak mempercayaiku lagi, anak satu-satunya yang mereka miliki, hatiku bagaikan tersayat-sayat sembilu yang terus menerusa menghujamku entah sampai kapan.
Sampai pada akhirnya terdapat nyawa lain yang hidup didalam rahimku, semakin lama semakin membesar tak bisa untuk ditutup-tutupi lagi, barulah setelah perutku membesar kedua orangtuaku percaya padaku dan sontak saja bapak dan ibu berduyun-duyun mendatangi rumah Den Bagus untuk meminta pertanggungjawaban perbuatannya terhadapku, tetapi apa yang keluargaku dapatkan hanyalah cercaan dan makian dari keluarganya bahkan Den Bagus dan keluarga kebesarannya itu hanya bisa menyuruhku untuk menggugurkan janin yang ku kandung, tetapi aku dan keluargaku bersikeras untuk mempertahankannya, dan keluarga Den Bagus memutuskan tali perjodohan secara sepihak atas apa yang telah terjadi. Yah, dengan hati yang sudah entah bagaimana rasanya dengan langkah gontai bapak dan ibu pulang hanya dengan setumpuk kekecewaan dan kesedihan, keluargaku tidak bisa mengharapkan apa-apa lagi, keluarga kami hanyalah keluarga sederhana bukan keluarga ningrat seperti mereka, keluargaku hanya bisa legowo menerima semuanya meskipun berlinangan airmata darah.
Bilu-bilur penderitaanku dan keluargaku tidak terhenti disitu saja, kehamilanku yang sudah memasuki usia 7bulan dan semakin membesar, maka pihak sekolah mengeluarkanku dan tidak mengizinkanku mengikuti ujian Nasional yang hanya seminggu lagi akan dilaksanakan. Bapak dan ibu hanya bisa meratapi kesalahan mereka yang menjodohkannku dengan Den Bagus, bapak setiap hari mengurung diri dikamarnya tidak makan tidak minum, sementara ibu hanya bisa menangis tersedu-sedu setiap hari. Aku tau, semua Karena aku, aku telah mencoreng nama keluargaku meskipun ini semua karena kekejaman Den Bagus kepadaku.
Tibalah waktu dimana aku ingin melahirkan, malam itu sekitar pukul 3dini hari aku merasakan sakit yang teramat sangat bahkan air ketubanku sudah keluar, aku menjerit-jerit, meronta ronta meminta tolong, dengan sigap ibuku dan bu bidan menolong proses kelahiranku, setelah perjuangan yang panjang, bayi mungilku lahir, dia seorang bayi laki-laki yang tampan yang belum kuberi nama.
Sebulan sudah aku menimang-nimang bayi laki-lakiku, hari itu aku hendak kepasar membeli kebutuhan dapur dan anakku, anankku kutitipkan kepada ibu. Namun, apa yang terjadi setelah aku pulang dari pasar ? saat ibuku lengah hendak kekemar madi , anakku telah dicuri oleh Den Bagus, dengan sigap dia merebut bayiku dari tangan ibuku dan membawanya pergi entah kemana. Aku, bapak dan ibu berkeliling tanpa lelah mencari jejak keberadaan anakku. Hingga pencarian kami terhenti pada hari ke 3 pencarian kami ketika seorang warga dipagi hari itu menemukan bayiku sudah tak bernyawa lagi yang ditemukan hanyut dialiran sungai, sungguh terkutuklah kau Den Bagus bahkan hewanpun tak sampai sekejam itu sampai rela membunuh anaknya sendiri, aku hanya bisa terdiam tak bergerak akan apa yang telah kulihat, hatiku meronta onta hingga terbersit dbenakku ingin membunuh pria bajingan itu.
Pagi berdarah itu, orang orang berkerumun melihat jasad bayi malang itu, entah fikiran jahat apa yang merasuki Den Bagus sehingga tega skeji itu, karena desakan warga sekitar akhirnya polisipun dating untuk mengusut kasus ini, tapi apa faktanya setelah proses persidangan usai, Den Bagus hanya dijatuhi hukuman 1tahun penjara saja, sungguh sangat tidak adil bagiku, bahkan aku belum sempat member nama pada bayi malang itu.  
Cacian dan makian orang-orang disekitarku semakin lama semakin kencang, maka aku memutuskan untuk pergi jauh sementara, bapak dan ibu mengirimku kerumah paman di Cirebon untuk mengikuti ujian paket C dan memasukkanku ke pondok pesantren milik paman agar bekal agamaku lebih terasah dan terarah lagi serta agar aku semakin kuat dan tegar menghadapi semua ini.
Setelah setahun aku mengikuti ujian paket C dan menimba ilmu agama di Pesantren Paman, aku memutuskan untuk kembali kerumah. Namun, setibanya dirumah aku melihat Den Bagus dan keluarganya mendatangi rumahku dan memohon agar aku mau menjadi menantu mereka lagi, karena sudah tidak ada gadis lain lagi yang mau menikahi Den Bagus. Sontak saja, bapak dan ibu menolaknya dengan keras, karena dulu mereka telah menginjak-injak harga diri keluargaku. Sedikit percakapan waktu itu yang ku ingat.
Bapak : “ mau apa kalian datang kerumah kami lagi , mau kalian lempari kotoran apa lagi muka keluarga kami, kotoran ayam sudah kalian lemparkan, kotoran apa lagi sekarang, kotoran anjingkah, kotoran babikah ? “,
Den Bagus : “ bapak, saya memohon maaf atas kesalahan saya yang dulu, saya tau saya sudah tidak bertanggung jawab, tapi saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi, saya hanya mencintai anak bapak Sulastri, demi tuhan saya tidak ada niat untuk membunuh darah daging saya sendiri, entah setan apa yang merasuki aga saya waktu itu “, ( belutut memohon dikaki bapak )
Bapak : “harga diri keluarga kami sudah kalian injak-injak seenaknya, masa depan anak gadis saya telah kamu rusak , sudah, pergiiiiiiiiii sana, kami tidak ingin melihat wajah kalian lagi, tidak sudi saya, “.
Dengan nada lantang bapak mengusir mereka pergi
Namun, setelah mengusir mereka pada hari itu, mereka tidak gentar begitu saja, mereka terus saja mendatangi rumahku lagi dan lagi. Den Baguspun terus menerus berusaha menemuiku dan memohon maaf padaku, tak secuilpun aku hiraukan dia, karena dia telah menghancurkan hidupku, hidup keluargaku, dan membunuh anakku.
Suatu hari datanglah Sekar keponakanku berkunjung kerumahku , dia bercerita bahwa dia kan pergi meninggalkan kampung halaman dan pergi manjadi TKW di Taiwan, suaminya baru meninggal sebulan yang lalu karena suatu penyakit. Sekar sangat prihatin akan masal;ah yang menimpaku, setelah kami berbincang-bincang panjang lebar, dia menyarankanku untuk ikut bersamanya menjadi TKW di Taiwan, tanpa fikir panjang akupun mengikuti sarannya agar aku bisa terlepas dari jerat-jerat palsu Den Bagus dan keluarganya lagi, bapak dan ibupun merestui kepergianku.
Setelah 5bulan aku dipenampungan di Jakarta dengan dibekali berbagai keterampilan, akupun meninggalkan Indonesia dan sampai di Taiwan. Aku bekerja disana sebagai pengasuh bayi, setiap kali aku melihat bayi majikanku aku teringat akan anakku yang sudah tiada. Hingga tak terasa sudah 10tahun aku bekerja dinegara orang, akupun tak mendengar kabar Den Bagus dan keluarganya mendatangi rumahku lagi sejak aku pergi ke Taiwan. Aku memutuskan untuk kembali pulang karena permintaan bapak dan ibu, kesehatan bapak semakin hari semakin menurun.
Tiba-tiba ingatan tentang masa-masa kelamku itupun semakin memudar. Hari-hari dirumah kujalani bersama ibuku merawat bapak yang sedang sakit, uang hasil kerjaku digunakan untuk berobat bapak dan makan sehari-hari, yah meskipun hasil yang kudapat tak seberapa.
Pagi itu, sayup-sayup kudengar ketukan pintu dirumahku, aku langsung kaget dan takut kalau-kalau yang dating itu Den Bagus dan keluarganya lagi. Dengan langkah gontai ibu menapakkan kakinya sedikit demi sedikit untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang datang. 
Perlahan-lahan ibu membukakan pintu dan terkejut akan siapa yang datang .
Ibu : “ Eh nak Arya toh, mari nak masuk, silahkan duduk dulu, sebentar yo ibu buatkan the manis dulu “,
Arya : “ ah, nda usah repot-repot bu “,
Didapur……..
Ibu : “ ndo, bukan Den Bagus lagi yang datang tapi nak Arya itu loh  temenmu sejak kecil tetangga kita “,
Aku : “ Arya bu, bukannya sejak kejadian 12tahun lalu itu Arya nda pernah kerumah lagi toh
 bu “,
Ibu : “ iyo, tapi sejak kamu jadi TKW itu loh, dia sering kerumah nanyain kabarmu, Arya itu sekarang sudah jadi orang sukses ndo usaha batiknya sampe dikirim keluar negri lho, yowis kamu antarkan dulu tehnya “,
            Diruang tamu……
Aku : “ silahkan diminum dulu Ar “,
Arya : “ iya, makasih “,
Aku : “ ada apa ya, ko tumben kamu mau kerumahku, sejak aku jadi TKW kamu nda pernah toh hubungin aku lagi “,
Arya : “ iya, sejak kamu jadi TKW aku  nda pernah hubungin kamu, tapi aku selalu nanyain kabar kamu sama ibu sama bapak, aku Tanya nomer hp sama ibu sama bapak tapi mereka nda tau “,
Aku : “ ya iyalah, wong bapak sama ibu nda punya telepon toh, paling aku kabarin bapak sama ibu lewat surat tok, wah hebat ya kamu sekarang Ar sudah jadi orang sukses , dulu took batik bapakmu kecil sekarang gedenya minta ampun“,
Arya : “ ah nda juga, biasa saja Las “,
Aku : “ jadi, sebenarnya ada apa toh kamu kesini ? “,
Arya : “ sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan sama kamu Las, Den Bagus selama ini sejak kamu pergi jadi TKW dia jadi gila dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa, keluarganya meminta aku menyampaikannya padamu Las , sengaja aku menyampaikannya langsung padamu “,
Aku : “ jadi kedatanganmu kesini hanya untuk nyampein ini, asal kamu tau Ar , aku nda sudi lagi denger apapun lagi tentang dia, aku benci dia, aku bahkan ingin membunuhnya, kalau kamu hanya ingin ngomongin itu, lebih baik kamu pulang saja Ar “, ( berlari menuju kamar )



Arya : “ tunggu  ( menarik tanganku ),
Sebenarnya bukan itu tujuan utamaku datang kesini, ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu selama ini, selama 20tahun kita berteman sedari kecil, selama ini aku memendam perasaanku karena kamu telah dijodohkan dengan Den Bagus. Lastri, selama ini , selama kita berteman sedari kecil hingga sekarang aku selalu menyukaimu, itulah sebabnya jika kamu bertanya kenapa aku selama ini tidak pernah punya pacar karena aku menunggumu, menunggu hatimu benar-benar kosong untuk menerima hatiku “,
Aku : “ kamu sudah gila apa Ar, kamu tau aku ini siapa, kamu tau masa laluku kayak apa, kamu tau aibku, kamu tau semua, lebih baik kamu cari perempuan lain saja Ar, aku nda pantas untukmu, bahkan aku nda pantas untuk lelaki manapun didunia ini, aku terlalu hina untukmu, sdahlah lebih baik kamu pulang saja, aku anggap kamu nda pernah ngomong gitu “,
Arya : “ nda Las, aku nda peduli akan semua itu, yang aku tau dari dulu hingga sekarang perempuan yang aku sukai itu hanya kamu “,
Aku : “entahlah Ar, aku sendiri merasa perasaanku sudah mati rasa, entahlah aku tidak bisa menjawab apa-apa, aku sendiri nda tau persaanku bisa ditata kembali atau tetap hancur lebur seperti ini, kamu sekarang orang kaya Ar, sedangkan aku cuma orang miskin yang nda punya apa-apa “,
Arya : “ aku nda peduli dengan semua itu, sudah lama sekali aku menunggumu Las, biarkanlah masa lalu kelammu tenggelam dimakan rayap-rayap waktu, maukah kamu merajut masa depan bersamaku ? “,
Aku : “ entahlah “,
Arya : “ tidakkah kamu ada sedikit perasaan padaku, tidakkah selama 20tahun kita berteman kamu tidak pernah meyukaiku sedikitpun, tidakkah ada secuil perasaan padaku ? “,
Aku : “ Ar, sebenarnya sedari dulu sedari kita masih kanak-kanak perasaanku sama kepadamu, tetapi karena perjodohan yang merusak hidupku itu, aku telah mengubur hidup-hidup perasaanku kepadamu, aku nda pantas buatmu “,
Arya : “ kita bisa memulainya dari titik nol sedikit demi sedikit, semua kepahitanmu akan memudar bersamaku, maukah kamu membuka perasaanmu kembali untukku ? “, ( mengulurkan tangan  )
Aku : “ baiklah, sampai sepenuhnya perasaanku diisi sepenhnya oleh perasaanmu “,

*********************



HTML background code is limited, CSS background code is much better!

HTML background code is limited, CSS background code is much better!